KOMUNIKASI POLITIK
Komunikasi Politik adalah komunikasi
yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan,
pemerintahan,
dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan,
komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa
dipahami sebagai komunikasi antara "yang memerintah" dan "yang
diperintah".
Menurut Gabriel Almond (1960): komunikasi
politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik.
Model
Komunikasi Politik
1
Model Aristoteles
Model aristoteles merupakan model
yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Aristoteles yang hidup pada saat
komunikasi retorika sangat berkembang di Yunani. Perkembangan keterampilan
orang membuat pidato pembelaan di muka pengadilan dan rapat- rapat umum yang
dihadiri oleh rakyat. Sehingga, Model ini lebih berorientasi pada pidato,
terutama pidato untuk mempengaruhi orang lain, sehingga model ini juga bisa
disebut sebagai model retorikal/ model retoris, yang kini dikenal sebagai
komunikasi publik. Model komunikasi ini, mempunyai 3 bagian dasar dari
komunikasi yaitu, pembicara (speaker), pesan (message) dan pendengar (listener).
Proses komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak
dengan tujuan mengubah prilaku mereka. Menurut Aritoteles, inti dari komunikasi
adalah persuasi dan pengaruh dapat dicapai oleh seseorang yang dipercaya oleh
publik. Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (etos-
kepercayaan anda), argumen anda (logos- logika dalam pendapat anda), dan dengan
memainkan emosi khalayak (pathos- emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-
faktor yang menentukan efek persuasif suatu pidato meliputi isi pidato,
susunannya, dan cara penyampainnya. Aristoteles juga menyadari peran khalayak
pendengar. Persuasi berlangsung melalui khalayak ketika meraka diarahkan
oleh
pidato itu ke dalam suatu keadaan emosi. (Deddy , Mulyana. 2002 : 135)
Kelemahan dari model ini yang pertama adalah komunikasi dianggap sebagai
fenomena yang statis, terfokus pada komunikasi yang bertujuan atau disengaja
terjadi ketika seseorang membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.
Kemudian model ini tidak memperhitungkan komunikasi non-verbal dalam
mempengaruhi orang lain. Walaupun demikian, model ini menginspirasi para
ilmuwan untuk mengembangkan model komunikasi modern. Contohnya di Indonesia
ketika tim sukses dari pasangan capres dan cawapres mengkampanyekan calon serta
visi dan misinya sebagai pemimpin kepada rakyat. Semua itu merupakan bentuk
retorika dalam dunia politik.
2
Model Harold
Lasswell
Model komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal,
yaitu :
- Who (siapa)
- Say what (mengatakan apa)
- In which channels (melalui saluran apa)
- To whom (kepada siapa)
- With what effect (dengan akibat apa)
Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi,
yaitu : pertama, pengawasan lingkungan. Kedua, korelasi berbagai bagian
terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan. Ketiga, transimi warisan
sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Lasswell berpendapat bahwa
terdapat tiga kelompok spesialis yang bertanggung jawab melaksanakan
fungsi-fungsi ini. Misalnya pemimpin politik dan diplomat termasuk kedalam
kelompok pengawas lingkungan. Lasswell memandang bahwa suatu proses komunikasi
selalu mempunyai efek atau pengaruh. Sehingga, model Lasswell ini menstimuli riset
komunikasi di bidang komunikasi politik. Model ini menunjukkan bahwa pihak
komunikator pasti mempunyai keinginan untuk mempengaruhi pihak penerima. Oleh
karena itu, komunikasi dipandang sebagai upaya persuasi. Upaya penyampaian
pesan akan menghasilkan akibat baik positif maupun negatif. Menurut Lasswell
hal ini hanya ditentukan oleh bentuk dan cara penyampaiannya. Tidak semua
komunikasi bersifat dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik
yang terjadi antar pengirim dan penerima. Dalam suatu masyarakat banyak
informasi yang disaring oleh pengendali pesan, yang menerima informasi dan
menyampaikannya kepada publik dengan beberapa perubahan atau penyimpangan.
Fungsi penting komunikasi adalah menyediakan informasi mengenai negara- negara
kuat lainnya di dunia. Penting bagi suatu masyarakat untuk menemukan dan
mengendalikan faktor- faktor yang mengganggu komunikasi yang efisien. Kelemahan
dari model Lasswell ini adalah tidak menggambarkan unsur feedback atau umpan
balik sehingga proses komunikasi yang dijelaskan bersifat linier atau searah.
3
Model Gudykunst dan Kim
Model ini sebenarnya merupakan model komunikasi
antarbudaya, yakni komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya
berlainan, atau komunikasi dengan orang asing. Meskipun model ini juga tetap
berlaku pada setiap orang, karena pada dasarnya tidak ada dua orang yang
mempunyai latar budaya, sosiobudaya, dan psikobudaya yang persis sama. Asumsi
dari model ini adalah dua orang sejajar dalam berkomunikasi masing-masing dari
mereka berperan sebagai pengirim sekaligus sebagai penerima atau keduanya
sebagai penyandian (encoding) dan penyandian balik (decoding). Oleh karena itu
kita dapat melihat bahwa pesan dari seseorang merupakan umpan balik untuk yang
lainnya. Faktor- faktor tersebut adalah filter yang membatasi prediksi yang
kita buat mengenai bagaimana orang lain mungkin menanggapi perilaku komunikasi
kita, sehingga mempengaruhi cara kita menyandi pesan. Filter ini membatasi
rangsangan apa yang kia perhatikan dan bagaimana kita menafsirkan rangsangan
tersebut. Faktor budaya menjelaskan kemiripan dan perbedaan budaya, agama,
bahasa, individualitas, kolektivitas, yang mempengaruhi nilai dan norma dalam
berkomunikasi. Pengaruh sosio budaya menyangkut proses penataan sosial, yaitu
keanggotaan dalam kelompok, konsep diri, peran, dan definisi kita tentang
hubungan antar pribadi. Faktor psikobudaya menyangkut tentang penataan pribadi
seperti stereotip dan sikap terhadap kelompok orang lain. Lingkungan
berpengaruh, dilihat dari segi lokasi geografis, iklim, situasi, arsitektural,
dan persepsi kita atas lingkungan tersebut. Pengaruh-pengaruh budaya,
sosiobudaya, dan psikobudaya berfungsi sebagai filter konseptual untuk
menyampaikan maupun meyandi balik pesan. Pengaruh budaya dalam model ini meliputi
faktor-faktor yang yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan budaya, misalnya
pandangan dunia (agama), bahasa, sikap terhadap manusia, dsb. Faktor-faktor
tersebut mempengaruhi nilai, norma, dan aturan dalam perilaku komunikasi kita.
Salah satu unsur yang melengkapi model Gudykunst dan Kim adalah lingkungan.
Lingkungan mempengaruhi kita dalam menyandi balik pesan. Oleh karena itu,
antara dua orang komunikator mungkin mempunyai persepsi dan orientasi yang
berbeda terhadap lingkungan, mereka mungkin menafsirkan perilaku dengan cara
yang berbeda dalam situasi yang sama.
4
Model Interaksional
Model ini memiliki karakter yang kualitatif,
nonsistemik, dan nonlinier. Komunikasi digambarkan sebagai pembentukan makna
(penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain) oleh para peserta komunikasi.
Beberapa konsep penting yang digunakan adalah diri (self), diri yang lain
(other), simbol, makna, penafsiran, dan tindakan. Menurut model interaksi
simbolik, orang-orang sebagai peserta komunikasi bersifat aktif, reflektif dan
kreatif, dan menampilkan perilaku yang sulit diramalkan. Paham ini menolak
gagasan bahwa individu adalah organisme pasif, dalam konteks ini Blumer
mengemukakan tiga premis yang menjadi dasar model Interaksional.
Pertama,manusia bertindak mengenai makna yang diberikan individu terhadap
lingkungan sosialnya. Kedua, makna berhubungan langsung dengan interaksi sosial
yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya. Ketiga, makna diciptakan,
dipertahankan, dan diubah melalui proses penafsiran dilakukan individu dalam
berhubungan dengan lingkungan sosialnya.Model interaksional menganggap manusia
jauh lebih aktif dalam proses komunikasi. Konsep penting yang digunakan adalah
diri, diri yang lain, symbol, makna, penafsiran, dan tindakan. Menurut model
interaksional orang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interkasi
social, melalui pengambilan peran orang lain (role- taking). Diri berkembang
melalui interaksi dengan orang lain, kelurga, tahap permainan, hingga
lingkungan luas dalam suatu tahahp yang disebut tahap pertandingan (game
stage). Dimana individu selalu melihat dirinya melalui perspektif (peran orang
lain), sehingga konsep diri tumbuh berdasarkan bagaimana orang lain memandang
diri individu tersebut. Model Interaksional menempatkan diri komunikator dalam
posisi sejajar dengan komunitator lain sehingga terjadi interplay yang
demokratis dalam kuadran komunikasi saling memberi dan menerima. Komunikator
biasanya tidak enggan untuk bertemu banyak orang, mendengar dan membangun
kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan orang atau kekuatan politik
yang pernah berseberangan dengannya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_politik
No comments:
Post a Comment